Sejatinya manusia tidak pernah terlahir dengan suatu
keyakinan tertentu,seorang manusia bisa bragama A atau B dikarenakan faktor
keluarga/garis keturunan juga faktor lingkungan yang menutrisi sebuah dogma tumbuh
subur di dalam dirinya,kebanyakan theis selalu berfikir bahwa keyakinan yang dia
anut sudah ada dan mendarah daging didalam nadi nya sebelum mereka terlahir
didunia,tanpa pernah berfikir bahwa sesungguhnya seorang bayi yang lahir tak ubah
nya seperti sebuah kotak kosong yang kemudian di jejali segala bentuk doktrin
atas keyakinan orang tuanya.
Pernahkah terpikir di benak kita apabila kita di takdirkan
terlahir di keluarga yang berbeda keyakinan dengan keyakinan yang kita yakini
sekarang?apakah kita akan tetap membela kebenaran ideologi tersebut?apakah
pertumpahan darah menjadi sesuatu yang realistis untuk mempertahankan nya?apakah
toleransi menjadi suatu hal yang agung apabila ego merasa paling benar selalu
memeluk pola pikir kita selama ini?
Kurang lebih 4.200 jenis agama yang tersebar di seluruh
dunia dan didalamnya saling mengklaim bahwa ajarannya lah yang paling benar,agama
kian bermetafora dari bentuk kesadaran yang mengajarkan moralitas menjadi satu
bentuk kehidupan sosial dan tradisi yang menjadi unsur penyebab konflik,ada nya
saling mengklaim atas ajaran agama menjadi dasar pertikaian yang tidak pernah
berujung selama ribuan tahun,semua theis akan selalu mempertahankan kebenaran ideologi
nya walaupun harus di bayar oleh peperangan dan nyawa.
Suatu negara pun tak luput dengan adanya pengkategorian pemeluk agama mayoritas dan
pemeluk agama minoritas bahkan ideologi beragama dijadikan komoditas dalam berpolitik
demi untuk mencari dukungan dan kekuasaan, Agama seakan seperti mata uang yang
mempunyai dua sisi yang berbeda bagai pisau yang siap
menghujam setiap orang yang menentang ideologi nya.
.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar